Murid Sukses Sebab Adabnya, Murid Gagal Karena ….?

Oleh: Rahmi Andri Wijonarko (Ko. Kesiswaan SPiLuqkim)

Murid, begitu akrab istilah ini di telinga setiap orang. Ada juga beberapa istilah lain seperti siswa, santri, anak-didik, dan yang terakhir peserta didik. Kata ‘murid’ dulu berkaitan erat dengan dunia tasawuf, dimana ada istilah pasangannya untuk guru, yaitu ‘mursyid’. Kata ‘murid’ seolah memberikan makna bahwa guru sebagai subyek, memberikan ilmu secara searah (100%) kepada obyek (yaitu murid) yang menerima saja.

Istilah ‘siswa’ dipakai oleh Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Indonesia (populer dengan Taman Siswa). Beliau pernah menjabat Menteri Pengajaran di era Soekarno. Kata ‘siswa’ menyerap dari bahasa daerah Jawa dan mungkin ada hubungannya  dengan pelajaran tata krama, budi pekerti, etika, meskipun ini hanya dari perspektif penulis saja.

‘Santri’ dipahami khalayak sebagai orang/anak yang diajar dalam satu lingkup institusi yang bernama pondok pesantren. Biasanya dipimpin seorang ulama/kyai yang tentunya lekat dengan ajaran Islam di Indonesia (meskipun dalam Pameran Pesantren sekitar tahun 2006 di Surabaya, kok ada juga institusi non muslim, kalau tidak keliru, ikut menggunakan nama pesantren).
Silakan baca lanjutannya